Kamis, 03 November 2016

gujeg ku kini dan sekarang

  1. Kampung kecil di salah satu kecamatan yang ada di kabupapaten cirebon ini dahulu adalah kampung yang religius, kampung yang kental dengan kegiatan keagamaan, kampung yang setiap sore selalu terlihat anak-anak mulai dari usia SD sampai usia SMA lalu lalang dengan sarung dan kopyah di kepala untuk menuju musholla, surau, langgar, masjid dan tempat ibadah yang lain untuk ngaji, nyantri dan belajar membaca Quran. Menjelang maghrib sampai kira-kira jam 8 malam, kampungku ini tak pernah sepi dari lantunan ayat suci al-Quran, teriakan anak-anak yang sayup-sayup terdengar dari beberapa surau dan musholla, mereka dengan fasih melafalkan kalimat berbahasa Arab, mulai dari bacaan sholat, syair dan bait dari kitab suci alquran, dan sebagainya.
    gujeg, itu nama kampungku. Desa gujeg di kecamatan Panguragan ini merupakan desa kecil, desa yang akses menuju kecamatan, harus melalui deretan sawah dan hamparan lahan kosong, hingga kebiasaan masyarakat sekitar menjelang maghrib sudah tak ada lagi aktivitas di luar kampung yang dilakukan. Maka tak heran jika kampungku ini jauh dari kesan nakal, bukan kampung yang dihuni oleh pemuda pemabuk, bukan pula kampung yang rame dengan pemuda yang nongkrong di pos ronda dengan kartu remi. Kampungku adalah kampung damai, sebagaimana yang tertulis dalam syair lagu salah satu mars disalah satu sekolah dikampungku ini.
    Secara geografis, desa gujeg disebelah barat berbatasan dengan desa kreyo, sedangkan disebelah timur berbatasan dengan desa pagertoya. Mayoritas penduduk di desaku ini berprofesi sebagai petani, sebagian pedagang dan sebagian lagi pengangguran, inilah kampungku. Walaupun sebagian mereka pengangguran, namun mereka jauh dari kesan nakal, sama sekali tak terlibat kriminal,.
    Pendidikan masyarakat di desa gujeg pun tergolong rendah kala itu, salah satu penyebabnya adalah sulitnya akses pendidikan, masyarakat yang hendak melanjutkan ke sekolah tingkat lanjut, harus keluar kampung bahkan keluar kecamatan. Maka tak heran jika sebagian besar masyarakat di desa gujeg berpendidikan SD.
    desa gujeg adalah desa yang asri, desa yang damai, desa yang jauh dari kesan desa nakal, karena hampir seluruh pemuda di desa gujeg adalah pemuda terdidik walaupun mereka tidak berpendidikan tinggi. Pesantren cukup bagi pemuda dan anak-anak di desa gujeg sebagai jembatan untuk menggapai ilmu pengetahuan dan cita-cita dimasa yang akan datang.
    Kini, desa yang dahulu asri dan damai itu berubah, berubah sekali, berubah 180 derajat. Desa yang dahulu aman dan damai, seolah menjadi tempat yang tak nyaman, menjadi desa yang mencekam, desa yang jauh dari kesan desa santri, anak-anak tak lagi terlihat berlalu-lalang dengan kopyah dan sarungnya menuju ke musholla, lantunan ayat dan kalimat berbahasa Arab pun mulai tak terdengar dan seolah lenyap.
    Entah apa yang menyebabkan desaku ini berubah sedemikian rupa, pemuda dan pemudi di kampungku mulai banyak yang bermasalah, mulai dari  pemakai dan pemabuk, na’uzubillah.
    Pada sisi yang lain, sisi yang baik, mulai banyak bermunculan sarjana dan beberapa pemuda yang melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi, tingkat kesadaran masyarakat untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi mulai terbangun.
    Namun sayang sungguh sayang, kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan itu pun diikuti oleh aib jelek yang ditorehkan oleh ulah sekelompok pemuda yang tak bertanggung jawab, mereka ada yang terlibat narkoba & pemabuk.
    Oh…kampungku, nasibmu kini tak seindah saat aku masih bersamamu dulu. Esok dan entah di masa yang akan datang, apa yang akan terjadi pada kampungku ini, aku sendiripun tak mampu membayangkannya.
    Hanya mampu berdoa dan berharap, semoga kelak dimasa yang akan datang, kampungku menjadi kampung yang baik, kampung yang aman, kampung santri yang penuh dengan lantunan ayat suci dan kalimat berbahasa Arab, Aamiin.

    sekian dulu keluh - kesah yg membuat ang mian resah, salam sejahtera selalu buat warga gujeg 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar